BMKG Imbau Waspada Gelombang Tinggi di NTB hingga 28 Juli 2025
21 July 2025 - 4:35 WITA
tribratanews.ntb.polri.go.id.–Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan imbauan kepada masyarakat pesisir di wilayah Nusa Tenggara Barat (NTB) untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi gelombang laut tinggi dan banjir rob yang diperkirakan berlangsung hingga 28 Juli 2025.
Kepala Stasiun Meteorologi Zainuddin Abdul Madjid, Satria Topan Primadi, menyampaikan bahwa gelombang laut di sejumlah wilayah NTB dapat mencapai ketinggian hingga 2,5 meter, dengan pasang maksimum lebih dari 1,7 meter.
“Tinggi gelombang berkisar antara 0,1 meter hingga 2,5 meter, khususnya pada saat pasang maksimum yang berisiko terjadi banjir rob di beberapa wilayah pesisir,” ujar Satria dalam keterangan resminya di Mataram, Senin (21/07/2025).
Daerah Rawan: Lombok dan Sumbawa Jadi Titik Waspada
BMKG menyebutkan wilayah yang memiliki potensi terdampak gelombang tinggi dan banjir rob mencakup Ampenan, Sekarbela, Gerung, Lembar, Pemenang, Jerowaru, dan Labuhan Lombok di Pulau Lombok. Sementara itu, di Pulau Sumbawa, potensi serupa terjadi di Kabupaten Sumbawa dan Labuan Badas, serta wilayah pesisir Palibelo, Woha, Bolo, Langgudu, Soromandi, Sape, Rasanae Barat, Hu’u, dan Asakota.
“Masyarakat yang bermukim di pesisir, bantaran sungai, serta kawasan rendah diimbau tetap siaga dan memantau informasi cuaca secara berkala,” tambah Satria.
Angin Kencang dan Waktu Pasang Perlu Diantisipasi
BMKG juga merinci bahwa di wilayah Lembar, angin diperkirakan bertiup dari timur hingga selatan dengan kecepatan antara 5 hingga 20 knot, dan waktu pasang laut terjadi mulai pukul 07.00 hingga 13.00 WITA. Sedangkan di wilayah Sape, potensi cuaca cerah berawan hingga hujan ringan terjadi, dengan pasang laut berlangsung dari pukul 05.00 sampai 15.00 WITA.
Fase Bulan Baru Jadi Pemicu Banjir Rob
Peningkatan tinggi gelombang kali ini dipengaruhi oleh fase bulan baru yang berlangsung dari 23 hingga 26 Juli 2025. Dalam fase ini, posisi Bulan sejajar dengan Matahari dan Bumi, menciptakan gaya tarik gravitasi maksimum yang menyebabkan naiknya permukaan air laut.
“Fenomena ini merupakan kondisi alamiah yang terjadi secara periodik, namun dapat berdampak serius bagi wilayah pesisir jika tidak diantisipasi dengan baik,” tegas Satria.
BMKG menegaskan bahwa pihaknya akan terus memantau perkembangan cuaca dan gelombang laut secara real-time, serta mengimbau masyarakat dan nelayan untuk menghindari aktivitas di laut saat kondisi pasang maksimum.